Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 08 April 2014






Fansholic
 By Anna El Martin





“Hallo, Ify lo dimana sih? Gue lagi dirumah lo ni, katanya mau jogging bareng ko lo malah ninggalin gue sih?” omelan itu terdengar sangat keras, Ify menjauhkan Hp dari telinganya.
“Percaya deh tadi gue nungguin lo, cuma lo-nya lama jadi gue tinggal”
“Ya ampun, guekan cuma telat setengah jam doang!”
“Apa? Cuma setengah jam kata lo? Denger ya nona Sivia  Azizah, mau setengah jam kek mau sepuluh menit kek yang namanya telat ya tetep aja telat ”
“Iya terserah lo, yang penting sekarang lo balik! Gue tunggu dirumah lo, nggak pake lama!”
Thuuut….thuut…thut……,panggilan diputus dari sebrang, Ify tersenyum menatap Hpnya. Seharusnya yang marahkan dia karena Via telat dan nggak jadi masalah donk kalo dia memilih untuk jogging duluan. Tapi ini malah kebalikannya, yang sewot ternyata Sivia bukan Ify.  Gadis itu melenggang pelan kembali ke rumahnya, ia berjalan melalui sebuah mobil BMW silver yang terparkir di pinggir jalan. Mobil yang sebenarnya dikenalnya, mobil yang pernah mengantarkannya ke rumah sakit dulu ketika dia terjatuh dulu. Mobil itu masih tetap bagus seperti dulu, sepertinya pemiliknya masih tetap merawat mobil itu hingga tak ada satu goresanpun melekat. Ify berhenti sejenak di dekat mobil itu, mengamati sebentar lalu mendekat ke kaca. Tingkah Ify itu membuat panik orang yang berada didalam mobil BMW silver itu, orang yang sedari tadi mengawasi Ify, selalu menjaga Ify dari kejauhan. Orang itu lega saat tau Ify hanya ingin berkaca merapikan rambutnya yang berantakan. Hati orang itu berdesir pelan, tangannya maju perlahan menuju kaca, mengelus rambut Ify yang berbatas kaca. Orang itu mencintai Ify dengan seluruh jiwa raganya namun ego melarangnya untuk mengakui itu.

 
“ Mbak Via, ini minumnya Mbak!”
“ Makasih Bik, eh bik, Ify tadi bilang ngga joggingnya kemana ko lama amat sih Bik?” Via menatap perempuan setengah baya itu dengan penghormatan tinggi, perempuan itu bukan sekedar pembantu tapi perempuan itulah yang mengasuh Ify, sahabatnya sejak kecil. Memberikan kasih sayang tulus  layaknya ibu bagi Ify, dan dia harus menghormatinya.
“ lho itu Mbak Ifynya pulang” Bik Tuti menunjuk ke arah gerbang.
Disana Ify melenggang santai, tersenyum menatap berkeliling. Rumahnya seperti sangkar emas baginya, megah, luas, indah, tertata dan tentunya menyimpan sejuta harapan. Rumah ini memang terlampau besar baginya, dia putri tunggal, orang tuanya tinggal di Amerika sembari mengurusi bisnis dan disini Ify hanya tinggal dengan para pembantunya yang setia menemaninya. Dulu ketika Riko masih di Indonesia dia lah yang menemani Ify, Putra Sahabat Ibu Ify itu sangat menyayangi Ify sampai- sampai apapun permintaan Ify diturutinya. Satu hal yang tak dapat dilakukannya, yaitu menuruti permintaan Ify untuk tetap tinggal bersamanya. Riko harus meneruskan studynya ke Kanada dan mau tak mau Ify harus menerima itu.

***
                “ Monyet!! Rio mana sich lama banget? Tu anak taukan kalo kita ada jadwal manggung pagi ini?” Cakka mulai emosi, hampir satu jam mereka duduk terdiam menunggu sang bassis yang entah dimana. Sesuai rencana pagi ini, jam sembilan tepat mereka harus mengisi acara disebuah kafe dikawasan Jakarta Barat, dan saat ini jam sudah menunjuk pukul delapan kurang lima menit.
“ aduh kayaknya ngga keburu deh kalo kita nungguin Rio disini, gimana kalo kita berangkat duluan aja? Masalah Rio, kan kita bisa telpon dia!” Jeje angkat bicara
“ kalo Rio bisa dihubungin, masalah udah selesai dari tadi. Tapi ini Hpnya ga aktif Je! ……Emang kutu kupret tu anak! Je kalo ketemu gue jewer kupingnya sampe melar biar dia nggak bandel lagi” ungkap Alvin kalem.
“ kayaknya bukan sekali ini acara kita berantakan gini? kalo ngga Rio yang nggak on timeslah, biasanya lo yang lupa” gabriel menatap cakka, playboy satu itu emang paling hobby lupa jadwal latihan and manggung apalagi saat dia lagi ama cewek, nggak inget waktu.” Kalo gini terus keadaanya, bisa- bisa band kita jadi berantakan, menurut gue cuma ada satu jalan terbaik……” Gabriel mengangguk, memikirkan kembali pendapatnya itu.
“Maksud lo?” Jeje berjalan mendekati Iyel “ jangan bilang kalo band kita bubar!” jeje menatap Iyel tajam, seperti seekor macan betina yang telah menemukan santapan paginya.
“ Bukan…! Maksud gue…… udah saatnya kita cari manager, kita ngga bisa kaya gini terus, harus ada seseorang yang ngatur jadwal kita, nggak mungkinkan disaat band kita mulai berkembang kaya gini kita masih keteteran ama waktu?”
“ Bener tu omongan Iyel, tumben lo pinter?”
“ monyet lo!” Iyel melempar kunci motornya ke Alvin, dan Alvin menangkapnya dengan sigap. Alvin menatap Iyel, sorot matanya seakan mengatakan ”kasian deh lo!!nggak kena bro……!”
“Manager? Boleh juga tu, tunggu- tunggu …… bukannya cari manager tu lama, kita nggak mungkin langsung comot gitu aja, paling nggak kita harus cari yang sejalan ama pemikiran kita,” ungkap Cakka.
“ Kayanya gue tau deh solusi yang paling tepat” Jeje memainkan Hpnya, tatapannya penuh keyakinan akan sesuatu yang mau dilakukannya. Baik Cakka, Gabriel maupun Alvin saling menatap lantas mereka bersama- sama memperhatikan gadis tomboy didepan mereka itu.s
“ hoiiii jangan ngeliatin gue  kaya gitu dong! Masalah manager gue punya pendapat laen, dan kayanya kalian lebih baik tau semua beres aja deh! Udah jam delapan lewat limabelas nih, cabut yu!”
                Mereka berempat keluar base camp, peralatan telah mereka kemasi sejak jam tujuh pagi jadi mereka tinggal berangkat. Di depan mereka bertemu dengan Rio, mereka semakin jengkel ketika tau bahwa Rio telah disana sejak setengah jam yang lalu dan parahnya Rio malah asyik main catur sembari ngeteh dengan Pak Badrun, penjaga Base camp mereka.  
***
                “ eh Fy, ngomong- ngomong kak Riko kabarnya gimana ya? Ehm… dia tambah cakep ngga ya? Cuma cewek bego yang ogah ama cowok setampan , sebaik, sepinter dan sesexy kak Riko, kaya lo tu!”
Ify mengambil paksa keripik kentang yang sedang dimakan Via, “ bodo!” Ucapnya tak peduli.
“ iih lo gila ya! Perasaanku mengatakan kalo sebenarnya lo peduli dan sayang banget ama Kak Riko, buktinya pas kak Riko berangkat ke Kanada lo nangis tujuh hari tujuh malem nggak berhenti- berhenti dan sekarang lo bilang bodo, ngga percaya gue”   Via menyeruput orange juicenya.
“ ya ampun, ini hari minggu ya?” Via mengangguk.
Melihat Ify lenggah Via menyerobot keripik kentang dari tangan Ify, sebenarnya tersedia beraneka ragam cemilan di hadapan mereka, tapi yang menjadi faforit mereka berdua adalah keripik kentang. Jadi tak heran kalau mereka berebut karena persediaan keripik kentang di rumah Ify  memang hanya tinggal setoples kecil itu.
“ kenapa sih kalo ini hari minggu? Udah dech tenang aja, laporan pertanggungjawaban OSIS udah gue selesaiin dan besok kita tinggal serah terima jabatan, terus kita bebas deh!”
“Bukan itu”
“ terus apa dong?”
“ Hari ini the Diamond manggung di Friends Caffe, dan kamu harus nemenin aku nonton kesana!, ayo!” Ify menarik tangan Shilla
***
Suasana Friens caffe pagi itu lebih rame dari biasanya, hari itu bertepatan dengan hari jadi Friens Caffe yang ke dua. Dan di tahun ini caffe yang milik putra karyawan ayah Ify itu mengalami kemajuan pesat. Caffe yang menjadi tongkrongan anak muda itu telah membuka 7 cabang di Jabotabek, dan yang terbesar adaalah di Jakarta Barat, tempat caffe ini pertama berdiri.
“ Ify….Via…, apa kabar? tambah cantik aja dech kalian ini !”  seorang wanita muda menyambut kehadiran Ify dan Shilla.
“ Mbak Winda bisa aja, lho mas Duta mana ko nggak keliatan” balas Ify nggak kalah ramah.
“ Ada di belakang ki’, Ify bilang makasih sama papa mama kamu ya… mbak sama mas Duta suka banget ama hadiahnya, Mbak nggak tau musti ngong apa sama keluarga kamu yang jelas mbak sekelurga berhutang budi banget sama keluarga kamu, kalau bukan karena Papa kamu yang memberi suntikan dana mana mungkin caffe ini dapat berkembang seperti saat ini”.
“ Mbak apa- apaan sih? Keluarga mbak udah kami anggap keluarga sendiri ko jadi nggak usah kaya gitu kali!” ucap Ify tulus.
Via menatap berkeliling,” Eh mbak ngomong- ngomong the Diamond udah manggung ya? Ini- ni gadis yang satu ini ngefans gila- gilaan ama mereka, terutama ama bassisnya, yang namanya Rio itu lho!” Shilla menenggol bahu Ify.
“ Belum ko, mereka belum tampil, eh mending kalian duduk aja disana, dijamin Ify bisa ngeliatin sang pujaan dengan leluasa, lagian sebentar lagi acara mau dimulai”.
Mereka bertiga berjalan menuju bangku paling depan, yang memang telah disiapkan khusus untuk tamu paling special, siapa lagi kalau bukan Ify.

*****


To be continued

0 Comments:

Post a Comment



Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates